Oktober 7, 2021 • Knowledge, Bisnis

Apa Itu AMP? Benarkah AMP Bisa Meningkatkan Pengunjung Website?

Apa Itu AMP? Benarkah AMP Bisa Meningkatkan Pengunjung Website?

Tahukah anda, ada banyak cara untuk meningkatkan kunjungan website? Mulai dari menyajikan konten berkualitas, memaksimalkan kualitas SEO, sampai mengoptimalkan kecepatan website.

Meski kedengarannya sepele, kecepatan loading website adalah satu hal yang harus anda perhatikan. Menurut survey dari neilpatel.com, 40% pengunjung akan meninggalkan website dengan loading time lebih dari tiga detik.

Dari sumber yang sama, diperoleh fakta bahwa delay selama 1 detik saja ketika memuat halaman berpotensi menghilangkan pendapatan website hingga 7%! Wah, ternyata loading website yang lama bisa berakibat fatal ya?

Lantas, bagaimana sih cara meningkatkan kecepatan website?

Tersedia banyak opsi untuk mengoptimalkan performa website dari segi kecepatan. Salah satu cara yang bisa anda lakukan adalah dengan menggunakan AMP untuk mempercepat loading website secara signifikan.

Apa itu AMP? Benarkah AMP bisa meningkatkan kecepatan website? Apa saja kelebihan menggunakan AMP? Bagaimana cara memasang AMP di website? Nah, di artikel kali ini kami akan mengulas lengkap semua tentang AMP.

Dan tentunya, akan menjawab pertanyaan-pertanyaan anda diatas. Pastikan anda membaca hingga selesai, ya!

 

 

Apa itu AMP (Accelerated Mobile Pages)?

AMP merupakan singkatan dari Accelerated Mobile Pages. AMP adalah sebuah teknologi yang diciptakan Google agar halaman website bisa dibuka dengan lebih cepat di perangkat mobile.

Tujuan Google mengembangkan AMP adalah untuk menciptakan sebuah ekosistem website masa depan, dimana semua orang bisa menghasilkan website yang gesit, tampilan menarik, serta lancar diakses di berbagai perangkat.

Dengan AMP, konten suatu website dapat diakses secara instan. Sekarang ini, banyak website memanfaatkan AMP sebagai cara untuk meningkatkan jumlah kunjungan pengguna.

Pasalnya, hampir 2 miliar orang telah mengakses website dengan menggunakan perangkat mobile. Maka dari itu, anda perlu menampilkan konten website di perangkat mobile dengan cepat. Dan AMP adalah jawabannya.

Namun, tidak semua halaman website bisa menggunakan fitur AMP ini. AMP hanya bisa diterapkan pada halaman pada halaman statis, misalnya website berita atau konten blog.

Penggunaan AMP saat ini telah menjadi tren di sejumlah portal media massa, baik lokal maupun portal berita luar negeri. Sebut saja The Guardian, BBC, Liputan 6, dan Kompas.com.

 

Ciri-ciri AMP pada Website

Website yang sudah menggunakan AMP memiliki beberapa ciri khusus. Salah satunya adalah indikator petir yang muncul pada hasil pencarian, seperti pada gambar berikut:

 

Selain itu, inilah perbandingan antara salah satu halaman website dengan AMP dan tampilan normalnya:

Alasan mengapa AMP membuat halaman website bisa dimuat secara instan adalah karena ia menonaktifkan elemen-elemen yang bisa memperlambat loading website.

Contohnya animasi, plugin, push notification, dan sebagainya. Selain itu, halaman website dengan AMP secara otomatis di-cache oleh Google AMP Cache sehingga ia dapat dimuat lebih cepat pada hasil pencarian.

Hasilnya adalah halaman website yang terlihat sederhana dan minimalis. Halaman dengan AMP bisa diakses oleh perangkat mobile dengan cepat dan lebih ringan dibandingkan dengan halaman website biasa.

Google lebih mementingkan informasi pada website sampai ke tangan pengguna dengan singkat, ketimbang tampilan yang atraktif. Dan AMP adalah solusi terbaik yang mereka tawarkan.

 

 

Cara Kerja AMP

Cara kerja AMP dengan memanfaatkan beberapa komponen untuk bekerja sama dalam mengoptimasi halaman website agar dimuat lebih cepat di perangkat mobile. Komponen-komponen tersebut adalah:

  • AMP HTML;
  • AMP JavaScript;
  • AMP Cache.

Tiga komponen diatas bekerja mematikan elemen-elemen website yang bisa memperlambat loading time halaman. Misalnya penggunaan CSS, JavaScript, dan HTML yang biasa dipakai untuk mempercantik tampilan halaman website.

Dalam prosesnya, ada tujuh teknik optimasi yang dilakukan AMP dalam mengkompresi tampilan halaman website. Ketujuh teknik tersebut ialah:

  • Memastikan semua JavaScript berjalan secara asinkron. JavaScript bisa memblokir konstruksi DOM yang menyebabkan halaman web dimuat lebih lambat. Untuk memastikan hal tersebut tidak terjadi, AMP hanya mengizinkan JavaScript yang berjalan secara tidak langsung.
  • Me-resize sumber daya eksternal. Semua sumber daya eksternal seperti gambar, iframe, atau iklan harus menyertakan ukuran HTML-nya agar AMP bisa menentukan ukuran dan posisi yang tepat untuk setiap sumber daya sebelum halaman web dimuat.
  • Memproses rendering agar tidak diblokir oleh ekstensi. Beberapa mekanisme ekstensi bisa memblokir proses rendering halaman, dan AMP tidak mendukung hal tersebut. AMP masih mengizinkan beberapa ekstensi untuk elemen seperti lightbox dan penyematan media sosial.
  • Mengatur baris dan ukuran CSS. CSS juga bisa memblokir proses rendering dan loading halaman website. Untuk mengatasinya, AMP HTML hanya mengizinkan CSS in-line dengan ukuran maksimal 75kb.
  • Mengoptimalkan penggunaan font. Optimasi font web sangat penting dalam proses loading karena font web biasanya berukuran besar. AMP bekerja dalam mencegah semua permintaan HTTP sampai semua font berhasil diunduh.
  • Hanya menjalankan animasi berakselerasi GPU. AMP memastikan hanya animasi dan transisi yang dipercepat oleh GPU yang dapat ditampilkan. Dengan begitu, penyesuaian tata letak halaman tidak lagi diperlukan.
  • Memuat halaman web secara instan. AMP dioptimalkan untuk tidak menggunakan banyak bandwidth dan CPU saat proses pra-rendering. Caranya dengan memprioritaskan elemen-elemen paling penting untuk didownload lebih dulu. Elemen lain seperti animasi dan iklan bisa diunduh hanya jika pengguna ingin melihatnya.

 

Tiga Komponen Utama AMP

Untuk membuat halaman AMP, terdapat tiga komponen utama yang wajib ada, yakni:

  • AMP HTML. AMP HTML bisa diibaratkan sebagai versi lebih ringkas dari HTML biasa. AMP HTML ini terdiri dari beberapa custom tag, seperti amp-image, amp iklan, dan amp-video. Struktur AMP ini memiliki aturan ketat terhadap tag HTML yang bisa digunakan. Ia akan meminimalisir penggunaan tag JavaScript, CSS, dan HTML tertentu, misalnya form. AMP HTML akan memberikan prioritas akses melalui perangkat mobile yang berguna untuk meningkatkan kunjungan website. Caranya dengan melakukan penyesuaian gambar, memperkecil ukuran HTML, serta mengatur baris CSS.
  • AMP JavaScript. AMP JavaScript digunakan untuk membatasi penggunaan JavaScript dari pihak ketiga. Framework jenis ini akan mengoptimalkan penggunaan AMP JS untuk mempercepat akses website melalui perangkat mobile dengan metode asinkron. Hasilnya, proses rendering halaman website akan berjalan lebih cepat.
  • AMP Cache. AMP jenis ini juga dikenal sebagai AMP CDN. Ia merupakan komponen penting dari platform AMP sebagai jaringan pengiriman konten berbasis proxy. CDN akan mengambil konten AMP dan menyimpannya kedalam cache untuk pengiriman yang lebih cepat. Dengan cara ini, website tidak perlu mengambil file dari server ketika pengguna perlu mengaksesnya berulang-ulang. Cache akan otomatis diaktifkan ketika pengunjung mengakses website. Kemudian, cache Google AMP ini akan divalidasi dan dikirimkan kembali ke website sehingga akses dari perangkat mobile jadi semakin cepat.

 

 

Kelebihan Menggunakan AMP

Ketika menggunakan AMP pada website, anda akan merasakan beberapa manfaat. Berikut adalah diantaranya:

Meningkatkan Kunjungan Website

AMP mampu mempercepat proses loading halaman website. Loading yang cepat adalah salah satu cara untuk meningkatkan kunjungan website. Dengan AMP, pengguna bisa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan secara instan.

Karena dimuat secara instan, pengunjung akan lebih nyaman untuk menjelajahi website anda lebih lama. Denga begitu, kemungkinan pengguna meninggalkan website anda karena proses loading yang lama jadi semakin kecil.

 

Mengoptimalkan Performa SEO

Meskipun bukan satu-satunya faktor penentu, tapi loading yang cepat di perangkat mobile akan membantu performa SEO website anda. Diketahui, Google memperhitungkan kecepatan halaman sebagai salah satu algoritma SEO.

Semakin cepat loading time halaman website anda, akan semakin tinggi peringkatnya pada hasil pencarian. Halaman website dengan AMP akan muncul diatas iklan berbayar pada hasil pencarian, dengan format carousel.

 

Menyajikan User Experience yang Lebih Nyaman

Karena halaman website ditampilkan dengan lebih cepat, maka pengguna jadi merasa senang. Dengan AMP, proses loading akan meningkat hingga 85% yang berdampak baik bagi kepuasan pengunjung.

AMP membuat website anda terbuka dengan instan di perangkat mobile, bahkan dengan koneksi internet yang lambat sekalipun. Dengan begitu, pengunjung tetap mendapatkan apa yang mereka inginkan, meskipun kondisi jaringan sedang tidak mendukung.

 

Memaksimalkan Pendapatan

Semakin lama waktu yang diperlukan website anda untuk menampilkan konten, semakin besar pula resiko anda kehilangan pelanggan. Dan ini tentu saja berdampak buruk bagi bisnis.

Jika anda ingin memaksimalkan keuntungan bisnis, anda harus memenuhi ekspektasi pengunjung terhadap website. AMP membantu anda untuk memastikan halaman website sesuai dengan harapan pengguna.

Dengan AMP, anda bisa memberikan pengalaman menjelajahi website yang lebih cepat kepada pengunjung, tidak peduli perangkat mobile seperti apa yang mereka gunakan.

 

 

Kekurangan Menerapkan AMP

Meskipun anda mendapatkan loading website yang instan, menerapkan AMP juga memiliki beberapa kekurangan. Apa saja itu?

Kurang Mendukung Plugin dari Pihak Ketiga

Karena plugin dan widget bisa memperlambat proses loading, AMP akan menonaktifkannya. Selain itu, JavaScript yang berpotensi mengurangi kecepatan website juga akan dimatikan oleh AMP.

Kemungkinan, anda juga tidak dapat menampilkan beberapa iklan pada halaman website yang sudah dipasang AMP. Hal ini karena tidak semua iklan mendukung Google AMP.

 

Tampilan jadi Lebih Minimalis

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, AMP secara otomatis menonaktifkan elemen-elemen yang bisa memperlambat website. Misalnya plugin, tema, animasi, dan sebagainya.

Hasilnya, tampilan konten website anda akan jadi sederhana. Dan bagi sebagian orang, tampilan yang terlalu biasa dapat mengurangi minat mereka untuk menjelajahi isi website anda.

 

Sulit Terhubung dengan Google Analytics

Tidak seperti halaman website pada umumnya, menghubungkan halaman ber-AMP dengan Google Analytics terasa lebih sulit. Hal ini karena Google Analytics tidak bisa melacak kunjungan pengguna ke halaman AMP.

Anda harus melakukan beberapa penyesuaian agar Google Analytics bisa melakukan pelacakan halaman AMP. Caranya adalah dengan menggunakan Google Tag Manager.

Nantinya, anda harus membuat konfigurasi sendiri ke Google Analytics dan menerapkan tracking code terpisah ke halaman AMP. Dan bagi sebagian besar orang, cara ini tentu sangat merepotkan.

 

Alternatif dari AMP

Apakah anda tahu bahwa Google AMP bukanlah satu-satunya teknologi yang bisa mempercepat kinerja website? Ternyata ada beberapa alternatif AMP yang bisa anda coba untuk mengoptimalkan kecepatan website.

Diantaranya adalah Facebook Instant Articles, Responsive Web Design, dan Progressive Web Apps. Bagaimana performa ketiganya jika dibandingkan dengan AMP? Berikut rangkumannya:

Facebook Instant Articles (FIA)

Facebook meluncurkan Instant Articles pada tahun 2015 untuk membantu pembuat konten untuk menghasilkan pengalaman membaca yang menakjubkan di Facebook.

Dengan FIA, pembuat konten dapat menyajikan konten secara cepat dan interaktif kepada pengguna. Beberapa keunggulan FIA antara lain:

  • Cepat dan responsif. FIA bisa memuat konten secara instan tak peduli sejelek apapun koneksi internet pengguna.
  • Interaktif dan menarik. FIA membuat pengalaman membaca artikel jadi lebih interaktif. Selain itu, FIA juga membantu meningkatkan jangkauan konten di Facebook Feed.
  • Monetisasi mudah dan fleksibel. Monetisasi memegang peranan penting dalam kesuksesan konten yang anda terbitkan. Dan memasang iklan di FIA bisa anda lakukan dengan mudah.

Bagaimana performa FIA jika dibandingkan dengan AMP? Keduanya sama-sama menawarkan kecepatan memuat, namun FIA mampu menawarkan loading time yang lebih cepat lagi dibandingkan dengan AMP.

Rata-rata waktu yang dibutuhkan AMP untuk bisa memuat halaman website dengan sempurna adalah 1.4 detik. Sedangkan FIA bisa melakukannya kurang dari 0.001 detik.

Sayangnya, kini FIA sudah jarang digunakan, dan banyak pembuat konten lebih fokus dengan AMP. Hal ini disebabkan Facebook yang lebih memprioritaskan konten berbentuk video dibandingkan dengan artikel di Feed.

 

Responsive Web Design (RWD)

Responsive Web Design (RWD) pertama kali dikenalkan ke publik pada 2010 lalu. RWD bertujuan untuk menghasilkan halaman web yang berfokus pada fleksibilitas.

RWD bisa membuat sebuah website mampu berjalan dengan mulus di perangkat manapun dan berapapun ukuran layarnya, dengan harapan memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik serta lebih interaktif.

Sebenarnya, RWD dan AMP dikembangkan dengan komponen yang sama untuk membuat halaman web, seperti HTML dan JavaScript. Meski demikian, mereka berdua memiliki beberapa perbedaan, yaitu:

  • RWD berfokus pada fleksibilitas, sedangkan AMP berfokus pada kecepatan.
  • Cara kerja RWD dengan mengganti halaman web, sedangkan AMP bekerja dengan menyesuaikan halaman web yang sudah ada.
  • RWD mendukung JavaScript pihak ketiga, sedangkan AMP membatasi penggunaan JavaScript.
  • Karena lebih fokus pada fleksibilitas dan dukungan ke segala jenis perangkat, kecepatan RWD lebih rendah jika dibandingkan dengan AMP.
  • RWD bisa digunakan untuk semua jenis halaman, khususnya dinamis. Sedangkan AMP berfungsi dengan baik untuk halaman statis.

Kesimpulannya, jika anda ingin memberikan pengalaman pengguna yang lebih responsif dalam menjelajahi website, anda tetap harus mempertimbangkan untuk menggunakan AMP ketimbang RWD.

 

Progressive Web Apps (PWA)

Progressive Web Apps (PWA) adalah teknologi yang dibangun untuk membuat website terlihat, terasa, dan berjalan selayaknya aplikasi mobile. Bedanya, PWA bisa digunakan tanpa perlu diunduh di Play Store atau App Store.

PWA bisa anda akses melalui browser, dan sanggup memuat konten secara instan, meski koneksi internet sedang tidak stabil. PWA mampu menjangkau pelanggan 4 kali lebih banyak dibandingkan aplikasi mobile.

PWA dan AMP sama-sama diciptakan untuk meningkatkan pengalaman pengguna saat menjelajah website melalui perangkat mobile. Keduanya membuat website menjadi mobile-friendly dan dapat diakses dengan lebih cepat.

Jadi, apa sebenarnya yang membedakan PWA dengan AMP? Secara umum, ada tiga hal yang menjadi perbedaan antara mereka berdua, yakni:

  • Jenis Konten. PWA bisa digunakan untuk jenis konten apa saja. Misalnya gambar, animasi, atau bahkan video. Tak jarang, PWA banyak diterapkan pada website toko online. Sedangkan AMP hanya bisa digunakan pada halaman website dengan konten statis, seperti artikel blog dan berita. Oleh sebab itu, AMP sangat cocok digunakan untuk website berita.
  • Search Engine Optimization (SEO). Apabila fokus anda adalah SEO, maka AMP lebih unggul dari PWA. AMP membuat website anda lebih ramah di hasil pencarian karena loading lebih cepat, sehingga berdampak baik bagi SEO. Sedangkan PWA, meski juga membuat website lebih ramah untuk perangkat mobile tapi tidak membawa dampak bagus bagi SEO. Sebab, pengunaan JavaScript yang rumit di PWA ternyata menyulitkan proses indeks Google.
  • Kecepatan. Karena konten dan tampilannya dibuat seminimalis mungkin, AMP bisa lebih cepat daripada PWA. Halaman AMP bisa terbuka dengan sempurna kurang dari satu detik. Sedangkan kecepatan PWA tergantung dari banyaknya konten yang ditampilkan serta optimasi yang dilakukan oleh pengembang. Sebagai contoh, halaman PWA pada Uber membutuhkan waktu kurang dari tiga detik untuk terbuka sepenuhnya.

Dapat disimpulkan, AMP unggul dalam hal kecepatan, baik untuk SEO, dan bisa meningkatkan trafik organik. Kekurangannya, ia hanya bisa digunakan untuk konten statis dan tidak bisa menggunakan sembarang script.

Sedangkan letak keunggulan PWA adalah bisa memasukkan beragam fitur layaknya aplikasi native serta sangat dinamis. Namun, PWA bermasalah dengan kecepatan dan penerapannya cenderung lebih sulit dibandingkan AMP.

 

 

Ringkasan: Perlukah Menggunakan AMP?

Dengan pergeseran tren penggunaan internet yang saat ini, sebagian besar trafik website berasal dari perangkat mobile. Oleh karena itu, mengembangkan website yang mobile-friendly adalah keharusan bagi setiap pemilik website.

Salah satu caranya ialah dengan memasang AMP yang berfungsi untuk mengoptimalkan kecepatan website ketika diakses melalui perangkat mobile. Selain itu, algoritma Google menjadikan website dengan AMP berada di peringkat yang tinggi di hasil pencarian.

Bisa anda bayangkan sendiri jumlah kunjungan website yang bisa anda peroleh dengan menginstall AMP. Namun begitu, dengan karakteristik AMP yang menonjolkan tampilan minimalis, anda tidak bisa menerapkan AMP pada sembarang jenis website.

Website dengan konten statis seperti artikel blog dan berita adalah tempat yang tepat untuk menerapkan AMP. Jadi, jika pertanyaan anda adalah:

“Perlukah saya menggunakan AMP di website saya?”

Jawabannya adalah YA, tapi dengan tetap mempertimbangkan beberapa hal. Misalnya tujuan website, jenis konten yang anda hasilkan, bagaimana cara pengunjung menggunakan website anda, dan lain sebagainya.

Namun secara umum, AMP dapat mengoptimalkan sebagian besar performa website dari segi kecepatan memuat untuk penggunaan mobile. Dan hal tersebut pasti akan meningkatkan jumlah kunjungan pengguna di website anda.

Bagaimana dengan anda? Apakah anda sudah menggunakan AMP pada website? Jika belum, apa anda tertarik untuk mencobanya? Semoga artikel kali ini bermanfaat, terima kasih sudah membaca, dan sampai jumpa lagi!

Testing