Maret 18, 2021 • Knowledge, WordPress
Juli 5, 2021
Apa itu Unicorn? Mengenal 6 Perusahaan Unicorn di Indonesia.
Table of Contents
Selama satu dekade terakhir, perkembangan dunia bisnis di seluruh dunia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak sekali perusahaan startup yang bermunculan dan berkembang secara signifikan, termasuk di Indonesia.
Beberapa diantaranya diketahui telah mencapai status unicorn. Bahkan, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah perusahaan unicorn terbanyak di Asia Tenggara.
Istilah unicorn sudah tidak asing lagi di telinga sebagian masyarakat. Namun, masih banyak juga yang belum mengetahui dengan jelas apa itu unicorn sebenarnya.
Apa itu unicorn? Bagaimana sebuah perusahaan startup dikatakan sebagai unicorn? Apa saja startup unicorn di Indonesia? Artikel kali ini akan menjawab pertanyaan anda mengenai hal-hal diatas.
Pastikan anda membaca hingga selesai, ya!
Apa itu Perusahaan Unicorn?
Asal mula istilah unicorn berasal dari mitologi Yunani. Unicorn adalah hewan mitos yang berwujud seekor kuda berwarna putih.
Unicorn berasal dari daratan India yang istimewa, dan memiliki ciri-ciri khusus berupa tanduk di dahinya. Konon kabarnya, tanduk unicorn bukan merupakan tanduk biasa.
Tanduknya mampu menetralkan segala bentuk racun. Oleh karena itu, banyak yang mengagung-agungkan hewan ini meskipun ia tergolong hewan yang sangat langka dan hanya dianggap sebagai mitos semata.
Nama hewan mitos ini akhirnya dijadikan sebagai konteks dalam dunia perusahaan startup. Penggunaan istilah unicorn pada startup pertama kali dikemukakan oleh seorang kapitalis ventura asal Amerika Serikat bernama Aileen Lee pada tahun 2013.
Lee, yang merupakan pendiri Cowboy Ventures menyebut perusahaan startup yang memiliki valuasi sebesar USD 1 miliar sebagai unicorn. Maka dari itu, sebuah perusahaan startup bisa disebut sebagai unicorn jika telah memiliki valuasi sebesar USD 1 miliar, atau setara dengan IDR 14 triliun.
Mengapa unicorn? Sebab, sama seperti hewan unicorn sendiri yang sangat langka dan mustahil ditemukan, untuk memiliki valuasi sebesar USD 1 miliar bagi perusahaan startup adalah pencapaian yang luar biasa dan amat sangat sulit untuk dicapai.
Angka tersebut dapat dapat diperoleh baik dari investor publik maupun investor pribadi. Namun hal itu tentu saja bukan merupakan perkara mudah, pasalnya ada banyak hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan startup.
Diantaranya ialah jumlah dan nominal transaksi, jumlah pelanggan atau pengguna aplikasi, dan teknologi produk. Selain itu, perusahaan startup juga harus memperhatikan kualitas tim dan melakukan inovasi secara terus menerus agar bisa bersaing dengan kompetitor.
Menurut riset yang dilakukan CBInsights, tercatat setidaknya lebih dari 726 perusahaan startup telah berstatus unicorn per Juni 2021 dan akan terus bertambah setiap bulannya. Padahal saat istilah unicorn pertama kali digunakan, perusahaan startup yang menyabet gelar unicorn baru berjumlah 39 perusahaan saja.
Di era digital seperti sekarang ini, beberapa perusahaan startup terbukti mampu mengimbangi bahkan melampaui kesuksesan perusahaan-perusahaan besar di dunia. Maka dapat disimpulkan bahwa istilah unicorn digunakan untuk mengukur tingkat kesuksesan sebuah perusahaan startup.
6 Tingkatan Bisnis Startup
Tidak semua bidang usaha yang baru dirintis bisa dikategorikan sebagai perusahaan startup. Hanya perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi (IT) dan berbasis internet saja yang bisa disebut sebagai perusahaan startup.
Maraknya perusahaan startup dipicu oleh pesatnya kemajuan teknologi di masa sekarang. Hal tersebut memungkinkan siapa saja untuk mewujudkan ide-idenya melalui inovasi dan mendirikan perusahaan berbasis teknologi dan internet.
Beragam inovasi unik dan menarik berhasil diwujudkan menjadi produk aplikasi oleh perusahaan startup, yang terbukti mampu menjadi solusi dari permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Bahkan aplikasi milik perusahaan startup bisa digunakan dengan mudah hanya bermodalkan smartphone saja.
Bicara tentang perusahaan startup tentu tidak lengkap rasanya tanpa menyebut istilah valuasi. Istilah valuasi sendiri mengacu pada besaran potensi bisnis atau nilai ekonomi dari sebuah perusahaan, yang biasanya digunakan pada bursa saham.
Selain itu, angka valuasi juga bisa digunakan sebagai tolak ukur dalam menghitung seberapa besar kesuksesan sebuah perusahaan. Semenjak perusahaan startup bermunculan di Indonesia, baik startup karya anak bangsa maupun startup asing, istilah valuasi menjadi topik yang menarik.
Pasalnya, bahasan mengenai valuasi ini berkaitan dengan pendanaan dari investor untuk perusahaan startup yang biasanya berjumlah yang fantastis. Para investor tak lagi ragu dan semakin berlomba-lomba mengucurkan dana untuk berinvestasi pada startup yang dinilai memiliki potensi bisnis yang signifikan.
Ternyata, unicorn bukanlah satu-satunya tingkatan valuasi pada startup. Tingkat unicorn masih bisa berkembang lagi pada tingkatan selanjutnya, yakni decacorn, atau bahkan menuju ke tingkatan yang paling tinggi, yaitu hectocorn.
Tingkatan valuasi pada perusahaan startup dari yang terendah hingga tertinggi ialah:
- Jumlah valuasi kurang dari USD 10 juta.
- Jumlah valuasi antara USD 10 juta hingga USD 100 juta.
- Jumlah valuasi antara USD 100 juta hingga USD 1 miliar.
- Jumlah valuasi antara USD 1 miliar hingga USD 10 miliar.
- Jumlah valuasi antara USD 10 miliar hingga USD 100 miliar.
- Jumlah valuasi lebih dari USD 100 miliar.
Berikut penjelasan masing-masing tingkatan valuasi pada perusahaan startup selengkapnya:
Cockroach
Tingkatan pertama dan terendah pada jenis valuasi perusahaan startup adalah cockroach atau yang berarti kecoa jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Istilah cockroach merujuk pada perusahaan kecil dan baru dirintis yang belum memiliki valuasi yang tinggi.
Jumlah valuasi dari startup jenis ini mencapai kurang dari USD 10 juta atau setara dengan IDR 14.7 miliar. Meski begitu, perusahaan-perusahaan cockroach ini tidak bisa dipandang sebelah mata.
Karena jumlah valuasinya yang masih tergolong kecil, mereka justru semakin giat untuk berinovasi serta menyusun strategi yang matang demi menarik minat investor untuk memberikan modal bisnis. Semua perusahaan startup pasti pernah berada pada fase ini.
Ciri-ciri dari perusahaan cockroach memang biasanya tergolong ke dalam ekosistem awal dari startup. Dengan kegigihan dan kerja keras untuk menarik investor, siapa tahu mereka bisa berkembang dan meningkatkan jumlah valuasinya.
Maka tidak salah jika perusahaan-perusahaan yang baru merintis ini disebut dengan istilah cockroach. Karena mereka sama gigihnya dengan kecoa yang memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi.
Pony
Tingkatan valuasi pada perusahaan startup yang kedua ialah pony, yang memiliki simbol berupa kuda poni mungil. Pada tingkatan ini, persaingan bisnis yang terjadi sangat ketat sehingga membutuhkan kegigihan untuk bisa bertahan.
Startup yang bergelar pony memiliki jumlah valuasi antara USD 10 juta hingga USD 100 juta. Tingkatan pony sering disebut sebagai tingkatan yang paling ganas diantara tingkatan-tingkatan lain.
Oleh karena itu, perusahaan startup yang sudah berada pada titik ini biasanya adalah perusahaan yang berhasil berkembang dari segala keterbatasan, misalnya keterbatasan sumber daya. Mereka akan terus berupaya meyakinkan investor untuk menanamkan modal sehingga jumlah valuasinya semakin besar.
Jika sebuah perusahaan startup mampu bertahan pada tingkatan pony, maka kemungkinan besar startup tersebut akan tumbuh dan mampu naik ke tingkatan selanjutnya. Seperti halnya kuda poni yang terus tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu.
Centaurs
Tingkatan selanjutnya pada valuasi perusahaan startup adalah centaurs. Centaurs yang merupakan tingkatan ketiga ini dilambangkan oleh makhluk mitologi Yunani yang berbentuk manusia setengah kuda.
Namun dalam ilmu astronomi, ia digambarkan sebagai sebuah rasi bintang bernama Centaurus. Ia juga muncul pada astrologi, sebagai lambang dari zodiak Sagitarius.
Tingkatan centaurs diberikan pada perusahaan startup yang memiliki jumlah valuasi berkisar antara USD 100 juta hingga USD 1 miliar. Menurut data dari DailySocial, terdapat sekitar 70 startup centaurs yang berasal dari Asia Tenggara.
Masih dari data yang sama, setidaknya ada 27 startup di Indonesia yang memiliki valuasi lebih dari USD 100 juta dan menyandang status centaurs. Diantaranya ialah Akulaku, Kredivo, dan Blibli.
Pada tingkatan ini, jika sebuah perusahaan startup mampu mempertahankan jumlah valuasinya maka ia akan semakin mudah untuk menarik investor. Sehingga semakin besar pula peluang mereka untuk bisa naik ke tingkatan berikutnya, yakni unicorn.
Unicorn
Sampailah kita pada unicorn, yakni tingkatan keempat pada valuasi perusahaan startup. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, sebuah perusahaan startup bisa meraih status unicorn jika telah memiliki jumlah valuasi antara USD 1 miliar hingga USD 10 miliar.
Perusahaan startup yang bisa berada di tingkatan ini masih terbilang langka dan merupakan pencapaian yang sangat sulit untuk didapatkan. Seperti halnya hewan mitologi unicorn, yang mana adalah hewan langka dan mustahil untuk bisa ditemukan.
Di Indonesia, sudah terdapat beberapa perusahaan startup yang mampu mencapai tingkatan unicorn. Beberapa diantaranya adalah Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO, dan JD.id.
Decacorn
Setelah unicorn masih ada lagi tingkatan valuasi yang lebih tinggi, yakni decacorn. Istilah decacorn merupakan gabungan dari dua kata, yakni deca dan unicorn.
Deca atau deka berasal dari bahasa Yunani yang merujuk pada angka sepuluh, dan diberi akhiran dari istilah unicorn. Decacorn sendiri memiliki lambang berupa kuda bersayap, atau yang sering disebut Pegasus.
Sesuai namanya, istilah ini disematkan pada perusahaan startup jika telah memiliki jumlah valuasi antara USD 10 miliar hingga USD 100 miliar. Nilai ini berarti sepuluh kali lipat dari nilai Unicorn.
Biasanya, perusahaan yang bisa mencapai tingkatan ini merupakan startup yang menjadi pemimpin pasar pada bidang bisnisnya. Selain itu, untuk mencapai tingkat decacorn sebuah startup membutuhkan investor yang memiliki aset besar guna menanamkan modal.
Startup ternama yang telah menyandang gelar decacorn contohnya ialah AirBnB, Pinterest, Snapchat, Uber, Xiaomi, SpaceX, dan beberapa lainnya. Sementara perusahaan startup asal Asia yang juga mampu berada di titik ini salah satunya adalah Grab.
Kabar baiknya, salah satu startup buatan anak bangsa yakni Gojek telah meraih status decacorn sejak tahun 2019 lalu. Kedepannya, Tokopedia diharapkan mampu menyusul kesuksesan Gojek dan menjadi startup kedua asal Indonesia yang meraih status decacorn.
Hectocorn
Tingkatan tertinggi yang diberikan pada valuasi perusahaan startup untuk saat ini adalah hectocorn. Istilah hectocorn sendiri merupakan salah satu bentuk penggambaran dari hewan naga.
Penobatan status hectocorn diberikan jika sebuah perusahaan startup telah memiliki jumlah valuasi lebih besar dari USD 100 miliar, atau sepuluh kali lipat dari nilai decacorn. Perusahaan startup yang mendapat gelar hectocorn masih sangat langka, mengingat begitu sulitnya untuk mencapai tingkatan ini.
Saking langkanya, tidak banyak informasi yang bisa dikorek mengenai tingkatan valuasi yang satu ini. Beberapa perusahaan ternama yang telah masuk ke dalam kategori elit ini adalah Facebook, Apple, Microsoft, dan Google.
Dari Asia, ada dua startup yang disebut-sebut telah melenggang masuk ke jajaran hectocorn, yakni ANT Financial atau yang sebelumnya dikenal dengan Alipay, dan ByteDance. Sayangnya belum ada startup lokal yang telah mencapai tingkatan hectocorn.
Sebenarnya, banyak perusahaan besar di dunia yang telah memiliki jumlah valuasi lebih dari USD 100 miliar, namun gelar decacorn tidak bisa lagi diberikan untuk mereka. Mengingat sebutan decacorn hanya berlaku untuk perusahaan startup yang masih dalam tahap pengembangan.
Apa Saja 6 Perusahaan Unicorn dari Indonesia?
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil perusahaan unicorn di dunia. Bahkan, Indonesia masih memegang rekor sebagai negara dengan jumlah perusahaan unicorn terbanyak di Asia Tenggara.
Tidak tanggung-tanggung, total ada 6 startup unicorn yang berasal dari Indonesia per Juni 2021. Mereka ialah:
- Gojek. Layanan transportasi dan logistik berbasis online.
- Tokopedia. Marketplace online dengan model bisnis Customer to Customer (C2C).
- Bukalapak. Marketplace online Customer to Customer (C2C) yang lain.
- Traveloka. Platform pemesanan tiket transportasi, hotel, dan rekreasi.
- OVO. Aplikasi pembayaran digital dan finansial berbasis teknologi (fintech).
- JD.id. Marketplace online dengan model bisnis Business to Customer (B2C).
Itu belum termasuk startup unicorn asal negara lain yang juga beroperasi di Indonesia, seperti Grab, SEA Group (Garena dan Shopee), dan Lazada. Berikut penjelasan selengkapnya mengenai 6 startup unicorn yang ada di Indonesia:
Gojek
Perusahaan startup pertama asal Indonesia yang menyandang status unicorn adalah Gojek. Gojek adalah sebuah perusahaan startup yang bergerak di bidang layanan transportasi dan logistik berbasis aplikasi mobile.
Gojek didirikan pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim bersama dengan kedua rekannya. Pada awalnya, Gojek hanya melayani pemesanan taksi dan ojek melalui call center dengan hanya memiliki 20 pengemudi saja.
Kemudian pada tahun 2015 Gojek mulai mengembangkan aplikasi mobile untuk memudahkan pemesanan. Di tahun yang sama, Gojek membuat terobosan dengan menawarkan tiga jenis layanan baru selain GoRide, yakni GoFood, GoSend, dan GoMart.
Pada tahun 2017, Gojek secara resmi menyandang predikat sebagai perusahaan startup unicorn pertama asal Indonesia. Dua tahun berselang, status Gojek meningkat menjadi decacorn dengan jumlah valuasi mencapai USD 10 miliar.
Kesuksesan Gojek di tanah air tidak lepas dari bantuan investor yang memberikan pendanaan dengan jumlah yang begitu besar. Selain itu, berkat inovasi layanan transportasi yang murah dan cepat, Gojek bisa meraih jumlah pengguna yang fantastis.
Kemajuan Gojek yang sangat pesat telah memberikan dampak positif bagi perekonomian di Indonesia. Gojek juga berperan serta aktif dalam mendukung pertumbuhan UMKM yang ada di Indonesia.
Kini, Gojek telah memiliki sekitar 20 layanan transportasi dan logistik, serta beroperasi pada lebih dari 200 kota di Indonesia. Tak hanya itu, Gojek juga semakin melebarkan sayapnya dengan melakukan ekspansi ke beberapa negara tetangga, seperti Thailand, Singapura, dan Vietnam.
Tokopedia
Tokopedia adalah perusahaan startup kedua dari Indonesia yang meraih predikat unicorn. Tokopedia bergerak di bidang e-commerce, yang memungkinkan setiap individu, toko kecil, maupun brand besar untuk membuka dan mengelola toko secara online.
Tokopedia mulai berdiri pada tanggal 6 Februari 2009 dengan William Tanuwijaya sebagai CEO dan Leontinus Alpha Edison sebagai COO dan CTO. Pada tanggal 17 Agustus 2009, bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia, website Tokopedia.com resmi diluncurkan.
Delapan tahun setelah didirikan, suntikan dana dari Alibaba Group pada tahun 2017 lalu membuat Tokopedia berhasil menyandang status unicorn. Kini, Tokopedia memiliki jumlah valuasi yang ditaksir mencapai USD 7 miliar.
Tokopedia berkomitmen untuk fokus berupaya mengembangkan sebuah ‘ekosistem super’. Maksudnya, setiap orang dapat berkontribusi dan memberikan nilai tambah bagi satu sama lain, serta tumbuh dan berkembang secara bersama-sama.
Ekosistem super ini dapat diwujudkan dengan cara merangkul banyak mitra, seperti bidang logistik dan pembayaran digital. Tak hanya itu, Tokopedia juga terus berupaya membangun jaringan yang lebih kuat dan luas, untuk bisa menjangkau hingga seluruh pelosok negeri.
Kini, Tokopedia mengklaim telah menguasai hingga 1.5 persen perekonomian di Indonesia. Hal ini berdasarkan jumlah pengguna aktif bulanan di Tokopedia yang mencapai 90 juta pengguna serta jumlah penjual yang tercatat berjumlah 7.2 penjual.
Bukalapak
Selain Tokopedia, startup e-commerce lain yang juga menyabet gelar unicorn adalah Bukalapak. Bukalapak menyediakan sarana jual beli berbasis online dengan model bisnis Customer to Customer (C2C).
Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky bersama kedua temannya, Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid pada tahun 2010. Pada saat itu, mereka melihat peluang yang potensial untuk mengembangkan website toko online, yang sekarang ini kita kenal dengan e-commerce.
Kejelian mereka dalam melihat peluang akhirnya terbayar lunas pada tahun 2018, dimana Bukalapak resmi menyandang gelar sebagai startup unicorn. Jumlah valuasi dari Bukalapak diperkirakan telah mencapai lebih dari USD 3.5 miliar.
Sejak kehadirannya di tanah air, Bukalapak terus berusaha menjadi perusahaan startup yang terdepan dan inovatif dengan membuka sebuah pusat penelitian dan pengembangan. Beberapa gebrakan inovasi dan teknologi yang dikembangkan disana ialah drone hingga Artificial Intelligence (AI).
Bukalapak sejak awal selalu berkomitmen untuk mengembangkan usaha kecil. Hal itu diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan dan pilihan kepada semua orang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Hingga kini, Bukalapak telah memiliki pengguna aktif lebih dari 70 juta pengguna, pengguna bulanan yang mencapai 42 juta pengguna, serta melayani lebih dari 6 juta pelapak. Kedepannya, Bukalapak berencana menjadi perusahaan yang lebih peduli serta ramah terhadap lingkungan.
Traveloka
Berbeda dengan Tokopedia dan Bukalapak yang menggeluti bidang bisnis e-commerce, startup berstatus unicorn yang satu ini berfokus pada bidang akomodasi. Traveloka merupakan platform pemesanan tiket moda transportasi, penginapan, dan rekreasi secara online.
Traveloka yang didirikan oleh Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert Zhang dan mulai beroperasi pada tahun 2012. Mereka awalnya hanya menyediakan satu layanan, yakni pemesanan tiket pesawat melalui website.
Seiring berjalannya waktu, layanan yang disediakan Traveloka bertambah, seperti pemesanan tiket hotel, kereta api, tempat wisata, hingga penyewaan mobil. Hal ini memperkuat posisi Traveloka sebagai pemimpin pasar pada industri travel di Indonesia.
Traveloka meraih gelar Unicorn pada tahun 2017, berkat suntikan dana investasi perusahaan Amerika Serikat, Expedia sebesar USD 350 juta. Jumlah valuasi dari Traveloka diperkirakan mencapai USD 3 miliar.
Kini, Traveloka tidak hanya dikenal sebagai platform pemesanan tiket hotel dan transportasi secara online, ia telah merambah ke bidang lain, seperti gaya hidup dan finansial. Bahkan, Traveloka telah beroperasi di negara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Australia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
OVO
Visionet International, atau yang lebih dikenal dengan OVO adalah perusahaan startup kelima asal Indonesia yang berhasil meraih status unicorn. OVO adalah startup yang bergerak di bidang pembayaran dan dompet digital.
Perusahaan startup ini berdiri dibawah naungan Lippo Group pada tahun 2017 lalu. Meski masih tergolong muda, namun OVO mampu melesat menjadi perusahaan unicorn, dua tahun setelah didirikan.
Ya, OVO meraih status unicorn pada tahun 2019. Jumlah valuasinya pun tergolong fantastis, yakni mencapai USD 2.9 miliar atau setara dengan IDR 42.2 triliun.
Hal ini tidak lepas dari suntikan dana yang digelontorkan oleh investor, yakni Grab, Tokopedia, dan Tokyo Century Corporation. OVO menjadi platform pembayaran digital yang sangat sukses dan berkembang dengan pesat, bahkan telah menjadi aplikasi fintech terbesar di Indonesia.
OVO menjadi salah satu startup yang diuntungkan dari meningkatnya pembayaran digital akibat pandemi Covid-19. Jumlah transaksi pembayaran melalui OVO tercatat telah melampaui 1 miliar transaksi.
Aplikasi mobile OVO kini telah diunduh ke lebih dari 115 juta perangkat, bekerja sama dengan 700 merchant, serta dapat digunakan di 373 kota di Indonesia. OVO juga dipercaya menjadi mitra pembayaran pada startup decacorn di bidang transportasi asal Singapura, Grab.
Tercatat, OVO telah berhasil menjangkau lebih dari 300 juta pengguna di Indonesia. Dengan OVO, pengguna bisa mentransfer uang, melakukan pembayaran, mengisi pulsa, bahkan mengelola aset dan investasi.
JD.id
Satu lagi e-commerce tanah air yang sukses meraih predikat unicorn, yakni JD.id. Berbeda dengan Bukalapak dan Tokopedia yang menerapkan model bisnis C2C, JD.id adalah marketplace dengan model bisnis Business to Customer (B2C).
JD.id mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 2015. Pada tahun 2019, lalu manajemen JD.id mengkonfirmasi bahwa jumlah valuasi perusahaan mereka telah mencapai USD 1 miliar.
Diketahui dari beberapa sumber, status unicorn JD.id didapatkan setelah menggandeng beberapa perusahaan lain, termasuk Gojek. Kini, elain menyediakan platform jual beli online, JD.id juga menyediakan jasa pengiriman yang menjangkau hingga 365 kota di seluruh Indonesia.
Honorable Mention: J&T
Selain nama-nama diatas, sebenarnya masih ada satu lagi perusahaan startup lokal yang telah meraih predikat unicorn, yakni J&T. Perusahaan yang bergerak di bidang pengiriman dan logistik ini diketahui menyabet status unicorn pada April 2021 lalu.
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh CBInsights, J&T telah memiliki valuasi yang jumlahnya mencapai USD 7.9 miliar. Angka ini hanya dibawah valuasi Gojek, dan melampaui pencapaian Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO, dan JD.id.
J&T, yang memiliki nama lengkap PT. Global Jet Express ini didirikan pada tahun 2015 lalu oleh dua pendiri OPPO, yakni Jet Lee dan Tony Chen. Perusahaan logistik yang berkembang dengan pesat ini memiliki kantor pusat di Jakarta.
Pada tahun 2017, J&T melakukan ekspansi ke negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Di Indonesia sendiri, J&T dipercaya menjadi mitra pengiriman di berbagai marketplace, diantaranya Shopee, Bukalapak, Tokopedia, Blibli, dan JD.id.
Ringkasan
Perusahaan unicorn adalah sebutan yang diberikan bagi perusahaan startup yang memiliki valuasi lebih dari USD 1 miliar. Sebuah perusahaan startup bisa menyabet gelar unicorn jika jumlah valuasinya berkisar antara USD 1 miliar hingga USD 10 miliar.
Untuk menjadi sebuah perusahaan startup dengan gelar unicorn tidak diperoleh dalam waktu singkat. Diperlukan inovasi, kerja keras, konsistensi, serta strategi bisnis yang matang untuk bisa merangkak naik dari tingkatan valuasi yang paling rendah hingga bisa memperoleh status unicorn.
Selain itu, yang tidak kalah penting ialah peran dari investor yang bersedia berinvestasi untuk menanamkan modal dengan jumlah yang fantastis sehingga bisa mencapai tingkatan valuasi unicorn. Maka dari itu, pemilik perusahaan startup harus mampu meyakinkan para investor bahwa menanamkan modal pada startup mereka adalah pilihan yang tepat.
Semoga artikel kali ini bermanfaat untuk menambah wawasan anda. Sampai jumpa lagi!
Lanjutkan
beberapa entri blog lain yang mungkin anda minati